Membangun Kecerdasan Kolektif di Sebuah Komunitas
Oleh Abu Najmah Minanurrohman
Suatu hari ada orang membutuhkan modal usaha 100 juta dengan meminjam uang di sebuah bank dengan jaminan sertifikat tanah. Bank memberikan jatuh tempo selama 2 tahun dengan bunga cicilan perbulan 2 %.
Ternyata usahanya tidak mengalami kemajuan, sehingga cicilan bulanan ke Bank macet. Dan tentu saja resikonya adalah pihak bank menyita rumahnya. Akhirnya usaha hancur dan rumahpun ludes.
Itu hanya contoh kebetulan yang mungkin bisa kita jumpai di masyarakat. Nyatanya contoh -contoh ini tidak banyak membangun kecerdasan kolektif di tengah-tengah kaum muslimin. Bahkan banyak kasus serupa yang terus menghantaui disetiap lapisan masyarakat.
Disinilah ketika ada orang yang bisa terbuka dan secara insaf mengambil ibrah yang telah ada , berusaha membangun komunitas untuk mewujudkan ekonomi islam yang lebih manusiawi. Karena memiliki karakteristik yang mirip, hal tersebut dapat digunakan untuk memahami dan memodelkan sebuah komunitas yang berbasis Islam.
Kita akan melihat group-group semisal RCC (Riba Crisis Center), La Riba atau komunitas-komunitas besar semacam KPMI. Mereka berangkat dari sebuah kecerdasan kolektif yang menghubungkan kesamaan visi dan misi dalam memerangi riba dan membangkitkan ekonomi Islam. Munculnya kecerdasan kolektif ini akhirnya melahirkan sebuah organisasi yang lebih terstruktural guna memudahkan komunikasi diantara anggotanya.
Mungkin banyak sebenarnya orang-orang yang ingin menyumbangkan pemikiran di sebuah komunitas, tetapi masih ingin mengail ikan didalamnya, maksud saya ikan itu bisa berupa keuntungan materi atau popularitas. Karakter ini ini harus kita kikis, oleh sebab karakter inilah yang menghambat proses mencerdaskan kaum muslimin saat ini.
Komunitas-komunitas yang berorientasi Ilahiyah akan selalu mewujudkan ketaatan dan kemanfaatan manusia.
كان شداد بن أوس رضي الله عنه يقول: “إذا رأيت الرجل يعمل بطاعة الله فاعلم أن لها عنده أخوات, وإذا رأيت الرجل يعمل بمعصية الله, فاعلم أن لها عنده أخوات, فإن الطاعة تدل على أختها وإن المعصية تدل على أختها
Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika kamu melihat seorang yang mengerjakan ketaatan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa ketaatan tersebut mendatangkan saudara-saudara lain (ketaatan-ketaatan lain) baginya. Dan jika kamu melihat seorang yang mengerjakan maksiat kepada Allah, maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut mendatangkan saudara-saudara (maksiat-maksiat lain) baginya, karena sesungguhnya sebuah ketaatan menunjukkan kepada saudaranya (ketaatan lainnya) dan sebuah maksiat menunjukkan kepada saudaranya (maksiat lainnya). (Al Mafshal fi fiqh Ad Da’wat Ila Allah, 3/79).
PengusahaMuslim.com didukung oleh
SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
DONASI hubungi: 087 882 888 727
Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial